Jakarta, BIZNEWS.ID - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan populisme agama dan polarisasi agama akan menjadi tantangan situasi kebangsaan ke depan yang harus disikapi bersama.
Menurut Menag, populisme agama dan polarisasi agama bisa menjadi ancaman serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Pasalnya, keduanya cenderung memiliki sikap keagamaan yang tinggi namun tidak dibarengi dengan keinginan untuk belajar secara menyeluruh tentang nilai-nilai agama, lalu terjebak pada klaim kebenaran dan tidak menerima perbedaan.
Pandangan ini disampaikan Menag saat menjadi pembicara dalam Bincang-Bincang Kebangsaan dalam Rangka Penyelenggaraan Komsos dengan Kommas Tingkat Pusat yang digagas Markas Besar Angkatan Darat TNI di Aula Jenderal AH Nasution Jakarta.
"Indonesia bukan milik satu kelompok saja, tidak ada Indonesia kalau tidak ada Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan lainnya. Kita semua bersepakat Indonesia tidak boleh lagi diganggu oleh kelompok-kelompok intoleran," kata Menag, Rabu (7/9/2022).
Kementerian Agama, kata Menag, memiliki strategi guna menghadapi populisme agama dan polarisasi agama. Pertama, mengidentifikasi pandangan keagamaan yang tidak sesuai dengan konteks, lalu mencari solusinya. Misalnya, dengan melakukan rekontekstualisasi sejumlah pandangan fikih yang diproduksi pada zaman pertengahan.
"Masalahnya, rekontekstualiasi fikih tersebut tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Begitu juga dengan resolusi konflik serta mempromosikan perdamaian sebagaimana inti ajaran semua agama," jelas Menag.
Kedua, penguatan Moderasi Beragama. Ini sudah menjadi program nasional. Moderasi beragama bercirikan mendorong semua umat beragama memiliki komitmen kebangsaan yang kuat.
"Jadi tidak ada lagi orang yang mempertanyakan tentang konsensus kebangsaan yang sudah kita miliki. Moderasi Beragama itu arahnya anti kekerasan, tidak ada lagi yang namanya pembenaran kekerasan ketika seseorang mengemukankan pendapat atau memperjuangkan gagasan. Setiap kita memenuhi hak memegang keyakinan dan beribadah sesuai keyakinan dan menghargai hak orang lain atau toleransi. Dan indiktor Moderasi Beragama terakhir adalah penghormatan terhadap budaya lokal," kata Menag.
"Semoga melalui acara ini, kita dapat menghadirkan negara sebagai rumah bersama yang adil dan ramah bagi bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan beragama yang rukun, damai, dan makmur," tutup Menag
Turut menjadi pembicara dalam Bincang--Bincang Kebangsaan Merajut Sinergitas Komponen Bangsa Guna Menangkal Ancaman Polarisasi Bangsa, Kepala Staf Angkatan Darat, Dr Dudung Abdurachman, Gus Muwaffiq, Habib Jindan Bin Novel, dan Romo Benny.
Gelaran ini juga dihadiri para tokoh lintas agama, pimpinan ormas keagamaan, pimpinan ormas kepemudaan dan perwakilan kementerian dan lembaga lainnya.
LEAVE A REPLY